Senin, 05 November 2012

Sekarung rambutan

Mengingat kisah puluhan tahun yang lalu..
Entah mengapa kembali teringat kisah itu, setiap aku melihat seorang nenek di musim hujan, kenangan hebat itupun selalu melintas di depan mataku, seperti film jaman dulu buram tapi tidak menghilangkan makna dari kisah di film itu..

aku bersama kakakku dan seorang nenek tua, Ia janda dan mempunyai seorang anak perempuan, Ia pun sahabat baik dari nenekku. Kami bertiga akhirnya berada di atas puncak gunung salah satu gunung di Luwu Utara - Sulawesi, tak kusangka aku benar-benar ada di atas puncak gunung ini

***
Aku masih mengingat jelas saat nenek itu kesusahan dan berkeluh kesah kepada nenekku. Mereka memang sahabat dan bukan hanya sekali ini ia datang ke nenekku untuk berkeluh kesah
Seperti saat itupun, saat ia harus mengurusi kebunnya di atas puncak gunung, dan tak ada yang bisa menolongnya, anaknya sedang diluar kota bersama suaminya dan ia tidak mempunyai cukup uang untuk menyewa petugas untuk membantunya ( ia memang seorang nenek yang berkecukupan meskipun begitu ia mempunyai kebun yang sangat luas..mungkin dari situ ia bisa membiayai hidupnya) dan kau tahu apa..nenekku memberi solusi mengirimkan aku dan kakak sulungku untuk menemaninya, membersihkan kebunnya dan memetik rambutan..(kakakku yang kedua sedang berada di Toraja)
yang benar saja pikirku..ini liburan sekolah menjelang natal, dan parahnya ini musim hujan..
bagaimana bisa nenekku menyuruhku melakukan hal itu? kau seharusnya memberiku kado natal bukan mengirimku ke puncak gunung untuk membersihkan kebun dan memanjati pohon rambutan..pikirku kesal
nenek memang mengajarkan kami untuk tidak manja

kenapa sih di musim hujan naik keatas memetik rambutan..sungutku masih kesal..saat masuk ke kamar
mungkin ia mau menjual dan memakai uangnya untuk ia pakai di hari natal, kata kakakku sok bijak..
aku masih ingat saat itu aku masih kelas 4 SD dan kakakku kelas 1 SMP
lagian kan enak tuh mendaki gunung..kata kakakku..di puncak gunung keren lhooo...lanjutnya memberi semangat..banyak rambutan lagi, asiikk bisa makan sepuasnya, tidak kayak di depan rumah, cuma 1 pohon dan buahnya gampang diambil, tinggal tarik dari jendela di lantai dua, ah gak seruu..di atas gunung kau bisa manjat pohon dan ditiup angin sepoy-sepoy..wiiih segarnya
ah kayak monyet, kataku..sebenarnya aku mulai tergoda tapi gengsi mengatakannya
haha..iya kau monyetnya kata kakakku..sambil melemparkan bantal
sudah tidur sana besok pagi-pagi sekali kita sudah harus sampai di rumah nenek sirih, kita menjemputnya dan menemaninya ke kebun
aku heran kenapa kakakku tidak protes sama sekali..huh orang yang aneeh..

***
aku sudah memakai topi dan tas yang isinya botol minuman, bekal makanan dan saputangan..seperti menjelajah saja kata kakakku, hei gini-gini aku adalah pinru (pimpinan regu) di pramuka sekolah, dan aku boleh berbangga karna hanya aku pinru yang bukan dari kelas 6 alias pinru paling muda, anggotaku juga paling banyak karna tiap anggota bebas memilih pinru yang ia sukai..(ya saat SD aku memang populer selain pinru akupun jadi dokter kecil haha, dan lucunya wapinruku dulu anak kelas 6, mau saja kuperintah ckck)
penjelajahan dimulai, memasuki kampung melewati pohon sagu, melihat batang belopa (aku ingat dulu ada permainannya tapi segiatnya aku mencari di google aku tidak menemukan gambar batang belopa-mungkin itu bahasa daerah ya sudahlah), melewati kali kecil, memulai penanjakan, dan melewati pohon kelapa sawit, sialnya air di botolku sudah habis dan perjalanannya ternyata masih jauh..tak perlu kugambarkan bagaimana proses hingga sampai di kebun itu yang jelas kakiku gemetar saat sudah sampai di tempat itu..benar-benar di puncak gunung, nenek sirih tidak main-main..rasanya ingin menangis tapi saat melihat pemandangan dari tempat itu yang ada malah senyum bahagia..benar-benar indah..anginnya menyejukkan..
dan kami mulai makan ternyata nenek sirih membawa bekal yang banyak..entah rasanya bagaimana yang aku tau saat lapar semua makanan terasa enak haha..

Mulailah kami mengambil rambutan dari pohon satu ke pohon lain..ada alatnya juga ternyata tapi kl pohon yang pendek aku dengan senang hati mencoba memanjatnya (jurus monyet kayaknya keluar wkwk)
angin bertiup kencang dan sungguh rasanya mengerikan..
aku akhirnya mengerti kenapa saat melihat adegan di twilight pada scene saat bella dan edward berada di atas pohon tertinggi aku merasa familiar dengan adegan itu..sungguh aku tidak main-main atau melebih-lebihkan..hanya saja meskipun bukan pohon tertinggi tapi aku merasakan ketakutan luar biasa jangan-jangan angin itu bisa menyeretku dari pohon dan membuatku terlempar dari atas gunung..ya tidak sama dengan perasaan bella yang sangat tenang karna tentu saja ada edward yang menemaninya..haha

begitu pulang, ditengah perjalanan hujan keras dan petir menyambar, sungguh melelahkan berjuang melawan hujan sambil membawa karung rambutan..jalannya memang tidak begitu sulit tapi aku masih anak kecil jadilah si nenek itu yang bawa..ternyata tenaganya kuat..
sampai di rumah nenek sirih, aku dan kakakku dibekali banyak rambutan..kami berpamitan dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah..

oh iya di tempat ini tak ada namanya angkot yang ada hanya becak dan motor..jalan menuju gunung belum bisa dilewati angkutan umum (becak cuma ada di tempat pemukiman)
hupf sangat capek tapi akhirnya merasa pantaslah jadi pinru pramuka d sekolah..jiaaah
tak disangka saat sampai di rumah kelelahan tergantikan dengan baju natal dari mama (baru datang dari Toraja) bajunya bagus..bermotif hitam putih, baju tanpa lengan dan rok selutut susah menggambarkannya tapi itu salah satu baju favoritku waktu kecil..kayaknya mama tau sedari kecil aku centil hihi :p

well cerita ini mengingatkanku pada satu hal -membantu orang lain tak akan pernah sia-sia- meskipun tak ada imbalannya tetaplah membantu orang yang membutuhkan :)

sekarung rambutan yang kami dapatkan seperti sebongkah berlian yang harus dilindungi dari hujan..yah setidaknya itu sangat berharga buat nenek sirih..
berterima kasih buat nenek yang mendidik kami untuk tidak malas

Tidak ada komentar: